PARTAI POLITIK NASIONALIS AGAMIS DALAM PERUBAHAN POLITIK INDONESIA 2024

FKGMNU.COM, Jakarta – Orang berakal ada tiga cirinya, 1) dia bertaqwa menyiapkan diri untuk mati, 2) menyebar dan silatirahim dengan baik untuk kemakmuran, dan 3) mencari kesenangan hidup. Demikian pandangan pengantar dari Gus Efendi Choery (Gus Choi), Politisi Nasional Demokrat.

Gus Choi melatatari pembicaraan dengan mengulas beberapa fakta sejarah politik Islam. Gus Choy menyebut Politik itu terlalu pragmatis. Indonesia bukan menjadi negara muslim, meskipun mayoritas muslim, juga bukan sekuler, meskipun mayoritas abangan. Piyayi Indonesia itu sekuler, mereka tidak mau sholat tetapi KTP Islam. Dalam percaturan kebangsaan, santri ada di pinggiran, tidak ditengah, yang ditengah itu yang sekuler. Kemudian, kiai-kiai atau pemikir Islam, pertama berfikir dengan teori yang berkembang di timur tengah, tahun 1920-an.

Gus Choi menyebut perkembangan politik Islam, juga diwarnai gerakan politik, yang bertentangan dengan konsepsi perjanjian, termasuk di dalamnya pengusung khilafah. “Siapapun yang melawan perjanjian, maka dia melawan negara, berarti dia musuh.” Terang Efendi Choery, Politisi Nasdem. 

Faktanya, Gus Choy menyebutkan saat ini banyak kelompok abangan yang jadi mualaf, atau jadi mualaf, atau hijrah, dari kehidupan yang sekuler, akan tetapi juga menjadi kaum muslim, yang bukan dari kalangan santri, tapi belajar dari Guru-guru dadakan yang tanpa sanad. Sehingga politik Islam ini akan maju luar biasa. 

Kalau politik Islam keluar dari konsepsi mapan NU, Muhammadiyah, dan paham lainnya, maka ini adalah ancaman. Karena tidak ada tumpangan, mereka generasi buntu, segala usaha-usaha buntu, meskipun analisirnya bisa masuk, tapi mereka tetap membutuhkan simbol, untuk ditumpangi menjadi pemimpin mendatang. 

Politik Islam kalau kita punya tesis untuk hidup terus, maka harus ada simbol Islam yang menjadi simbol kekuatan muslim, muslim yang pancasilais, muslim yang diterima di NU, Muhammadiyah, hanya menjadi identitas. Jadi harus ada simbol, harus ada. Tidak ada kelompok Islam, harus didekati diajak dialog, dalam kehidupannya susah sekali, mereka itu sebenarnya menjual khilafah, mereka harus diedukasi. Siapa yang bisa mendekati ini adalah tokoh-tokoh Islam, dan as’ad harus melakukan pendekatan itu. Selama Jokowi memimpin mereka tidak didekati. "Saya sampaikan teori, antisipasi, fakta-fakta, dan solusi ke depan' Tutur Gus Efendi Choery.


Post a Comment

0 Comments