CERITA MASUK PONDOK PESANTREN (3): Slametan dan Sowan Kiai Sebelum Masuk Pondok
Sudah menjadi tradisi kami, jika hendak pergi jauh mengadakan sedekahan, slametan atau kendurian. Itu hanya istilah lokal saja. Isinya adalah doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan. Bukankah kita dianjurkan untuk melakukan doa-doa sebelum bepergian?
Kami mengundang jama'ah pengajian untuk acara tersebut. Kebetulan jama'ah kiai kampung yang merupakan guru mengaji keluarga, termasuk anak-anak kami. Jadi sekalian pamitan keberangkatan putri sulung kami ke pondok.
Kami juga sowan ke kiai-kiai sepuh kawasan Jabodetabek yang kami kenal. Kebetulan, kami juga tidak banyak mengenal kiai, apalagi kiai khos. Hanya beberapa kiai sepuh saja yang kami anggap dekat dengan keluarga kami. Sowan sekeluarga. Minta doa dan "ngalap barokah".
Di Mojokerto, sebelum masuk ke pondok, kami sowan ke kiai sepuh setempat. Usianya sudah lebih dari 100 tahun. Rumahnya di perkampungan di tengah kebun tebu dan kebun jagung.
Pertama ini kami sowan ke beliau. Sebetulnya sebelum kami sowan ke beliau, kami terlebih dahulu akan ziarah ke makam Syeikh Jumadil Kubro dan Sunan Ngudung, ayah Sunan Kudus, letaknya di Troloyo, Mojokerto. Tetapi karena arahan dari kiai sepuh di Jakarta untuk sowan ke yang hidup dahulu, baru yang sudah meninggal dunia, maka tujuan pertama sampai Mojokerto adalah kiai yang rumahnya di tengah kebun tebu dan kebun jagung itu.
Tiba di "ndalem" beliau, ada satu tamu sedang menunggu. Warga sekitar. Kami sekeluarga masuk dan turut menunggu. Beruntung ada tamu yang biasa sowan, jadi kami sebagai orang baru bisa ngobrol dan menggali informasi tentang kiai yang kami sowani. Duduk lesehan.
Ketika kiai datang, langsung menemui tamu pertama. Hanya sebentar saja. Tamu pamit. Lalu kiai membalikkan badannya ke arah saya. Jarak sangat dekat hanya dibatasi minuman, asbak, dan rokok kami. Meski sudah sepuh, kiai masih kuat merokok. Rokok kretek.
Kami mengutarakan maksud kedatangan untuk memondokan putri sulung di pesantren Mojokerto. Isi pembicaraan lain, hanya untuk kiai dan saya. Tidak semua harus diungkap di sini, bukan?
Kami ungkap sedikit saja. Saat kami mengungkapkan akan sowan lagi saat sambangan (menjenguk) putri sulung kami, beliau dawuh "Alhamdulillah. Mboten nopo-nopo, Gus. Saya senang menerimanya. Hanya saja jangan Jumat pagi, saya khawatir tidak kebagian waktu, karena ada pengajian yang dihadiri oleh 17.000 jama'ah dari berbagai daerah".
Kami tercengang dengan pengajian yang dihadiri 17.000 jama'ah. Di Jakarta, pengajian dihadiri oleh 20 orang secara konsisten saja sudah bagus. Ini 17.000 jama'ah....!
MYK
22.7.2022
Disclaimer:
Kata "Gus" di sini bukan berarti saya adalah anak kiai. Mungkin itu panggilan dari kiai yang kami sowani untuk menyebut orang asing yang baru pertama kali sowan (datang silaturahmi)
Penampilan foto saya untuk penggembira hati saya saja
0 Comments